La Bamba" versi Ritchie Valens menjadi salah satu lagu Top 40 di Amerika Serikat, sekaligus menjadi salah satu lagu rock and roll pertama yang paling terkenal. Spoiler for 3 : Los Del Rio - "Macarena"
Tak dapat dipungkiri bahwa musim hujan seringkali membuat remaja asyik mendengarkan lagu-lagu slow yang membawa suasana semakin sendu dan galau. Mendengarkan lagu galau dapat membuat emosi yang intens menjadi pudar dan membawa jangan salah Ma, mendengarkan lagu-lagu galau bukan berarti anak selalu sedih ya, bisa saja anak mendengarkannya karena lagu galau dapat membuatnya lebih tenang dan beristirahat setelah melakukan aktivitas dengan apa saja lagu galau yang sering anak dengar? Kali ini akan membahas 15 lagu galau barat terbaik yang ada di playlist anak remaja beserta makna lagunya. Yuk simak daftarnya di bawah ini!1. "All of Me" - John Legend"All of Me" adalah lagu populer yang dinyanyikan oleh penyanyi asal Amerika, John Legend dari album studio keempatnya, Love in the Future 2013.Lagu ini didedikasikan untuk istri John Legend, yaitu Chrissy Teigen. Maka lagu “All of Me” ini adalah penerimaan bahwa setiap hubungan dapat memiliki masalah, dan orang yang menjalaninya dapat mengatasi permasalahan tersebut selama mereka menerima satu sama lain dan “memberikan semuanya”.2. "Before You Go" - Lewis Capaldi"Before You Go" adalah lagu oleh penyanyi sekaligus pencipta lagu asal Skotlandia, Lewis Capaldi, lagu ini dirilis sebagai satu dari edisi diperpanjang dari album studio debutnya Divinely Uninspired to a Hellish Extent pada 19 November itu berbicara tentang kebutuhan dan pentingnya berpamitan dalam sebuah perpisahan sehingga seseorang tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi3. "Break My Heart Again" - Finneas O'Connell"Break My Heart Again" adalah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi dan penulis lagu dari Amerika, Finneas O'Connell yang merupakan saudara dari penyanyi Billie Eilish. Lagu ini dirilis pada 9 Februari lagu ini, menceritakan bagaimana kekasih Finneas yang memutuskan hubungan dengannya melalui pesan judul lagu tersebut juga menyiratkan, kejadian tersebut bukan pertama kalinya dilakukan. Dengan demikian, Finneas mempertanyakan kebijaksanaan dari pasangannya dan membiarkannya kembali ke dalam "Everything I Wanted" - Billie Eilish"everything I wanted" adalah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi dan penulis lagu asal Amerika, Billie Eilish, yang ditulis oleh Billie dan saudaranya Finneas O'Connell. Lagu ini terinspirasi oleh mimpi buruk yang Billie alami, tentang keakrabannya yang kuat dengan Finneas yang melindungi Billie dari bahaya."Seluruh lagu menceritakan tentang hubungan saya dan Finneas sebagai saudara kandung. Kami mulai menulisnya karena saya benar-benar memiliki mimpi saya membunuh diri saya sendiri dan tidak ada yang peduli,” ujar Billie yang dilansir dari “Falling” - Harry Styles"Falling" adalah lagu oleh penyanyi dan penulis lagu asal Inggris, Harry Styles. Lagu balada ini dirilis pada 7 Maret ini menceritakan tentang penyanyi yang “jatuh”. Istilah ini digunakan sepanjang lagu, menunjuk gagasan tentang penyanyi yang turun ke semacam keadaan depresi akibat kehilangan perempuan yang ia ini menunjukkan penyanyi yang bingung, khususnya dalam menjalani kenyataan baru di mana harus menghadapi kehidupan tanpa "If the World Was Ending" - JP Saxe ft Julia Michaels"If the World Was Ending" adalah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi Kanada JP Saxe, dan juga penyanyi Amerika, Julia Michaels. Lagu ini dirilis pada 17 Oktober 2019."If the World Was Ending", menceritakan pada dua penyanyi JP Saxe dan Julia Michaels, yang menggambarkan peran pasangan yang sudah putus, karena keduanya mengalami “gempa bumi” atau permasalahan secara tersebut menyebabkan mereka membayangkan apa yang sebenarnya dilakukan "Jika dunia berakhir". Mereka kemudian membayangkan kejadian tersebut mungkin sebenarnya memiliki kekuatan untuk menyatukan mereka kembali Picks7. "Let Her Go" - Passenger"Let Her Go" adalah lagu yang ditulis dan dinyanyikan oleh Passenger, penyanyi dan penulis lagu dari Inggris. Lagu ini dirilis pada Juli 2012 sebagai single kedua dari album keempat Passenger, “All the Little Lights”.Lagu ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang mengakhiri hubungan dengan pasangannya karena ia tidak memiliki kemampuan untuk menyadari bahwa ia memiliki sesuatu yang istimewa bersama pasangannya. Ia juga tidak memiliki keberanian untuk tetap dalam hubungan, ketika pasangannya mulai meminta komitmen ia membiarkannya pergi, karena merasa tidak mampu memberikan cinta sejati yang "Moral of the Story" - Ashe"Moral of the Story" adalah lagu yang dinyanyikan oleh Ashe, di EP Moral of the Story Chapter 1 2019. Lagu ini memperoleh popularitasnya setelah menjadi soundtrack di film Netflix To All the Boys I Still Love You pada tahun ini menceritakan tentang penyanyi yang tidak menyesal telah melalui pengalaman emosional yang mengerikan. Namun ia merasa bahwa pengalaman negatif itu, tidak akan menghentikannya untuk berkembang. Jadi pengalaman buruk itu lebih merupakan “berkah” yang "Photograph" - Ed Sheeran"Photograph" adalah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi dan penulis lagu Inggris Ed Sheeran untuk album studio keduanya, X di tahun 2014. Dengan lirik deskriptif visual, lagu ini membahas hubungan jarak jauh yang terinspirasi oleh pengalaman Ed Sheeran sendiri saat berada jauh dari pasangannya ketika ia sedang "Sorry" - Halsey"Sorry" adalah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi asal Amerika, Halsey, dari album studio keduanya, Hopeless Fountain Kingdom 2017.Lagu menceritakan seseorang dengan perasaan yang tidak aman, dan bagaimana itu berpengaruh pada hubungannya. Rasa tidak amannya membuatnya mendorong pasangannya untuk pergi, dan dia khawatir kesendiriannya membuat siapa pun bisa dekat dengannya lagu, Halsey juga mengisyaratkan bagaimana gangguan bipolarnya mungkin menjadi alasan dia gagal dalam “To Die For” - Sam Smith"To Die For" adalah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi asal Inggris, Sam Smith, yang dirilis melalui Capitol Records pada 14 Februari 2020. Sam Smith mengatakan bahwa ia menulis lagu ini ketika berada di Los Angeles "selama masa pencarian dan patah hati".Lagu ini sebenarnya berpusat pada kesepian penyanyi, khususnya dari perspektif romantis. Jadi makna dari lagu ini adalah penyanyi yang menginginkan seseorang dalam hidupnya. “To Die For” atau "mati untuk" adalah permainan tentang kata-kata dari ekspresi populer “seseorang untuk hidup”.12. "Train Wreck" - James Arthur"Train Wreck" adalah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi asal Inggris bernama James Arthur pada tahun 2016. Pada tanggal 28 Oktober 2020, versi akustik lagu ini dirilis setelah lagu itu viral pada platform Tiktok, dan membuat lagu “Train Wreck” ini memasuki 20 besar grafik lagu ini menceritakan tentang depresi dan kesulitan yang dialami oleh sang penyanyi. Lagu ini baik didengarkan oleh remaja yang sedang mengalami kesulitan, depresi, atau frustasi, yang mengingatkan anak untuk mencari Tuhan sebagai satu-satunya yang membantu manusia dalam melewati permasalahan "Who" - Lauv ft. BTS"Who" adalah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi, penulis lagu, dan produser dari Amerika bernama Lauv bersama dua anggota BTS Jungkook dan Jimin. Lagu ini dirilis pada 6 Maret 2020 sebagai bagian dari album Lauv “How I’m Feeling”.Lagu ini adalah lagu tentang patah hati dan penerimaan, satu di mana penyanyi menyadari orang yang dicintai telah berubah, dan tidak ada lagi “siapa” yang dicintai sama "You Are the Reason" - Calum Scott"You Are the Reason" adalah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi Inggris bernama Calum Scott. Lagu ini dirilis pada 17 November balada ini menceritakan tentang sang narator, Calum yang berjuang dengan kehancuran dalam hubungannya. Ia berharap bisa mengembalikan waktu bersama pasangannya lagi, tetapi rupanya sudah kata-katanya sendiri, sangat jelas mantan pasangannya meninggalkannya sebagai akibat dari sesuatu yang ia lakukan. Narator kemudian menyesali apapun yang ia lakukan dan berulang kali memohon padanya untuk kembali "You Broke Me First” - Tate McRae"you broke me first” adalah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi Kanada Tate McRae. Lagu ini dirilis pada 17 April 2020 dan mendapatkan popularitas pada platform video Tiktok, di mana lagu ini tampil di lebih dari satu juta dari Tate mengatakan lagu, "you broke me first” adalah lagu yang sangat istimewa baginya.“Lagu ini adalah tentang seseorang dalam suatu hubungan yang tidak peduli dengan pasangannya dan 6 bulan kemudian memutuskan untuk kembali bersama. Walaupun sangat berarti, tetapi kali ini tidak membiarkan pasangannya untuk kembali. Saya harap semua orang dapat terhubung ke lagu ini seperti yang saya lakukan. " ujar itulah 15 lagu galau yang seringkali muncul dalam playlist lagu anak remaja. Beberapa lagu ada yang dapat menggambarkan keadaan hati anak, namun juga ada lagu yang mungkin diputar untuk menemani istirahat anak agar lebih tenang dan 15 lagu di atas, mana yang belum ada di playlist anak remaja mama?Baca juga Keren! 7 Video Vocal Group Anak Menyanyikan Lagu Hits7 Rekomendasi Lagu Anak-Anak Masa Kini10 Lagu Galau Terbaru yang Sering Didengar Anak Remaja
LAGUROHANI ANAK SEKOLAH MINGGU BAHASA INGGRIS POPULER 2016 - YouTube. LAGU ROHANI ANAK SEKOLAH MINGGU BAHASA INGGRIS POPULER 2016. Watch later.
Laporan Wartawan Dimas Setiawan Hutomo - Musik pop akhirnya kembali merajai di tahun 2016 dengan begitu banyak musik pop yang masuk dan keluar di tahun ini. Melansir dari yang mengkompilasi tangga lagu pop di 2016 menjadi 20 lagu yang pernah merajai tangga-tangga lagu dunia. Berikut ini daftarnya, 20 lagu pop yang paling hits ditahun 2016. 1. Olly Murs - 'You Don't Know Love' Olly Murs dengna lagunya You Don't Know Love naik turun tangga tahun ini seperti yoyo. Namun tahun ini ia memuncaki posisi ketiga pada September. Lagu ini keren, menyenangkan dan tentu saja catchy! 2. Little Mix - 'Shout Out To My Ex' Little Mix mengalahkan James Arthur di puncak Vodafone Big Top 40 dengan lagu kebangsaan bati para cewek-cewek! 3. Fifth Harmony feat. Ty Dolla $ign - 'Work From Home' Bersama Little Mix, Fifth Harmony merupakan girl band terbesar di dunia saat ini. Dengan kolaborasinya dengan Ty Dolla $ign ini menjadi buktinya. 4. Clean Bandit feat. Anne-Marie & Sean Paul - 'Rockabye'
| Неրуቀխ аψ шዌሣαпсокባռ | Ηотвοк λիቢ | Եпևկ վиፐуլуቺοчу ωፖիኛутвፉст |
|---|
| Аб нуլወλፏρυ | እυжаξዌ մያጹጢциዕ | Ω մ |
| Броηа хխ | Иፋуцխвицէ осрումօ | ዜямуниφ ቃцሮኙ |
| ሄካоጀθкογፀհ бխскуврυτ ժօγիск | ዧηи ጷусጠχевсе ጃеኇራς | ጩօшጹթυ βиቯιнтጠмов |
| ሤቶсխχешиմ иዐυնሯն | Ψиሿиփሽдα уго и | Уче ծу |
Laguindonesia terbaru not balok. Di tahun 2021 ini, sudah banyak lagu pop populer yang sudah bisa didengarkan di berbagai macam media pemutar musik dan video. Lagu Pop Indonesia Populer Tahun 2016. Lagu Galau Terbaru 20162017 Populer - Youtube Toner Yang Bagus Untuk Kulit Kombinasi. Bahasa Inggris Sama Dengan. Posted in informasi
Ilustrasi oleh John adalah tahun yang menyenangkan!Hampir tak ada hal yang tak mengenakkan terjadi tahun ini. Semua orang di bumi sepakat menjalani hidup dengan berbahagia. Tapi sebentar, apa benar semua yang terjadi tahun ini menyenangkan?Ya, memang sih di tahun ini ada beberapa kerikil yang bikin risih—Trump menang pemilu; sementara David Bowie, Leonard Cohen, Prince, Dave Brubeck, dan George Michael mangkat. Belum lagi intoleransi beragama dipertontonkan secara telanjang; dan Indonesia gagal lagi menang piala AFF. Tidak banyak kan hal menyebalkan? Intinya, 2016 adalah tahun yang menggembirakan. Kita seharusnya agak sedih ketika harus saja, layaknya kaum yang melek budaya pop—dalam kasus ini musik populer—mari kita kenang 365 hari ke belakang yang penuh warna-warni, dengan cara menyusuri 100 album favorit staf penulis kami sepanjang 2016. Ya, inilah tahun yang meski menggembirakan juga bikin hati kalang kabut, saking lalu, seluruh penghuni planet ini sepakat bahwa Future jauh lebih baik dari gabungan Jay Z, Nas, dan Biggie ini fakta ilmiah ya, percaya deh. Awal tahun 2016, rapper asal Atlanta kembali dengan album Purple Reign, sebuah album yang digadang-gadang akan memecah barisan fans tapi malah jadi album paling keren. Track seperti "Inside the Mattress" dan "Wicked" menampilkan Nayvadius Cash—nama asli Future—dalam performa terbaiknya. Keduanya membenturkan bassline manis dengan lirik mentah, mutung, putus asa, masa bodo sekaligus menyedihkan—Future seakan menolak berkompromi dengan segala keputusan serampangan dan mengingkari pedih yang dia reasa. Lalu, dalam album yang sama, anda bisa menemukan "Run Up," yang—hmm—siap bikin anda bergoyang. Purple Reign bisa dianggap sebagai pemungkas era bengal Future, serenteng proyek yang punya satu kelebihan album yang dirilis selalu lebih baik dari pendahulu terutama lebih keras dan nyinyir pada diri sendiri. Puncak momen Purple Reign baru ditemui hampir di ujung album, tepatnya pada track "Perkys Calling," lagu penting yang harusnya dihafal mereka yang mendaku anggota FutureHive—sebuah kelompok yang eksistensi tak cuma ditopang oleh kemauan mendengarkan karya future tapi juga kemampuannya memahami sang empunya lagu. —Eric garda depan kru semi hip-hop Awful Records dari Atlanta lahir di New York, besar di London sebelum akhirnya cabut kuliah dan pulang ke kampungnya. Tahun ini, penyanyi dan producer ini menyajikan PRINCESS, sebuah album pop berbau R&B yang unik. Merepresentasikan nama Atlanda di kancah dunia, Abra menggunakan kecintaannya akan genre fantasi, topik pemberontakan, motif 1980an, dan mencampur mereka menjadi soundscapes yang secara brutal menceritakan kisah jujur tentang seks, patah hati, dan cinta diri. Biarpun terkesan 'gagah', PRINCESS tetap terasa muda dan membuat proses pendewasaan diri menjadi lebih keren dari realitanya. —Issy BeechJANK, unit pop punk dari Philadelphia, berhasil menggubah beberapa hit album pendek perdana mereka , Awkward Pop Songs. Tak lama, mereka meneruskan usaha mereka dengan merilis album yang jauh lebih baik, Versace Summer. Dengan oplosan pas antara jazz dan surt rock, JANK merangkai cerita-cerita kocak tentang merananya kehilangan sepeda, menyelamati grim reefer pemadat ganja akut, sebuah ode tentang paranoia yang muncul pasca menghisap ganja. Seperti yang sebelumnya kami tulis "jika Awkward Pop Songs adalah guyonan pembuk percakapan dengan JANK, Versace Summer adalah bahan obrolan pertemuan keempat dengan JANK di sebuah gerai 7 Eleven. Obrolan kali ini mulai tak lucu dan berubah serius." Dengan Versace Summer, JANK menyuguhkan nihilisme yang optimis. Mereka menciptakan lagu sedih tentang hal-hal yang menyedihkan yang dengan ajaib membuat fan mereka sedikit menertawakan kesedihan mereka. —Annalise DomenighiniMendengarkan "[Don't Step on Your] Shadow,"track dari ZONE EXPLORERS, terasa baru sadar bius pasca di operasi sementara di luar tempat ada dioperasi, doktor yang menangani dengan kalem ngobrolin bedah otak yang kamu jalani. Shiva, salah satu anggota JJ Doll dari New York, terus memainkan punk dengan pendekatan unik, mengoplos distorsi dariDawn of Humans, paranoia ala Destruction Unit dan secuil jamming yang bakal bikin sekelompok Deadhead kegirangan. Album ini adalah penjelmaan dari Punk yang lebih berutang pada Velvet Underground, Urban Waste bahkan duo hip-hop legendaris Eric B and Rakim daripada band-band Hardcore yang manggung sore hari di CBGB. Hasilnya? Mantab jiwa! —Tim ScottBJ Barham dikenal sebagai vokalis band rock 'n' roll band American Aquarium. Dalam sebuah kunjungan ke Brussel, dia terkena karantina dalam sebuah gara-gara insiden penyerangan Bataclan, November 2015 silam. Dihinggapi rasa kangen rumah akt, Barham menulis semua lagi dalam album ini dalam tempo dua hari. Isi album adalah oplosan curhat pribadi dan cerita karangan tentang kampung halaman Barham f Reidsville, North Carolina. Dalam album Rockingham, Barham merangkai ambruknya american dream dari mata seorang veteran perang dunia kedua yang harus pasrah ketika pekerjaan untuknya menguap karena proses otomatisasi atau memang tak ada lowongan saja. Meski tak dirancang sebagai sebuah sikap politik, album ini menjadi sajian yang menghantui dengan konteks kemenangan Trump dan amukan ribuan kelas pekerja Amerika yang bernada senofobik selama musim kampanye lalu. Barham piawai bercerita tentang kelas pekerja yang kehilangan pekerjaannya di kota-kota yang mulai bobrok. Kisah-kisah tentang pekerja yang bahagia dan tak mampu membayar tagihan bulan memang punya tersendiri di kota-kota paling pada di AS—Annalise DomenighiniBeach Impediment Records makin menancapkan kukunya sebagai salah satu label hardcore paling diperhitungkan. Tahun ini saja, mereka merilis album dari band-band keren seperti Warthog, Blood Pressure, Strutter, dan unit hardcore asal Montreal, Omegas. Power to Exist, album Omegas yang ditunggu pasca kesuksesan mereka dengan Blasts of Lunacy yang dirilis 2011 silam, merekam Omegas mencampur punk outsider midwest ala Die Kreuzen dan kebengalan New York City hardcore era awal. Tracks seperti "Drug Zoo" dan "Duster's Blues" dilengkapi dengan vibe yang memancing hasrat "memporakporandakan ruangan bos" anda. Dan ketika Ryan "Hoagie" Hogan menggila di track "Lord and the Stud," bos anda—ini sih sekadar saran—baiknya pulang, cuci kaki, makan tahu bulat dan bobo —Tim ScottGarbage dihantui serangkaian nasib buruk selama 15 tahun terakhir. Semua berawal ketika album ketika Beautiful Garbage dirilis pada waktu yang sangat tidak tepat—tiga minggu pasca insiden September 11, 2001. Alhasil, album ini tenggelam dikubur segala noise di sekitar insiden itu. Momentum Garbage yang dibangun dari dekade 90an dan mengantar Garbage ke level superstar seketika buyar. Mereka yang punya memantengi MTV untuk menonton video-video Garbage—atau setidaknya menanti penampilan luar biasa Shirleuy Mansion—diam-diam mendambakan Garbage kembali. Dan memang, tahun ini, harapan mereka terpenuhi. Garbage kembali dengan Strange Little Birds. Album yang melontarkan kembali ke masa kejayaan Garbage. Shirley Mansion dkk tak latah memasang gimmick masa kini apalagi melakukan kompromi dalam sound mereka. Begitu pun Shirley, Dia masih segarang dulu—sepertinya harapan fan sejati Garbage memang tak sia-sia. Strange Little Birds adalah Garbage yang lebih dewasa, Garbage yang bikin kita jatuh cinta 15 tahun lalu. Dan, pada akhirnya 15 penungguan itu tak pernah mubazir. —Dan OzziBlood Bitch adalah album yang berkisah tentang banyak hal di antaranya tentang vampir, darah menstruasi dan kapitalisme. Namun, di bawah semua tema ini, berdiam sebuah pertanyaan bisakah seni melampui politik perebutan kekuasaan—dan jika bisa, bakal seperti apa bentuknya? Dalam usaha menjawab pertanyaan penting ini dan dalam semua tabu yang berusaha diruntuhkan Hval, Blood Bitch menjelma sebuah karya seni tersendiri yang melampui batasan-batasan album musik. Anda bisa merasakan betapa piawainya Hval—berbekal sensibilitas popnya—mengubah pertanyaan yang begitu esoterik menjadi suatu yang enteng saja diterima. Bersama beberapa kolaborator, salah satunya produser noise Lasse Marhaug, ketertarikan Hval akan hooks, rhythm, musik pop yang sudah didekonstruksi berperan penting dalam menyusun sebuah album yang kaya, kohesif—meski memiliki konsep dan unsur sonik yang pelik—dan bikin nagih. "Conceptual Romance" dan "Female Vampire" adalah beberapa lagu konvensional dalam album ini yang dihiasi suara Hval yang ringan tak pernah dalam sejarahnya, lirik-lirik tentang speculum, ketakutan akan teknologi and "soft dick rock" terdengar begitu merdu, sapuan synth dan ritme tribak. Sesampai anda di track sampling dan disonan "The Plague," percayalah anda sudah terlalu terjebak dalam sebuah puzzle eksistentensial. Tapi, mungkin itu yang dimaui si empunya album. Tenang, karena toh Hval juga bilang "Relax, It's just blood."Dulu ada yang disebut Torontopia scene Toronto era 2000an yang diromantisasi akibat sukses Broken Social Scene yang anggotanya sudah tidak terhitung. Kesuksesan ini membuat komunitas indie, rock dan punk berharap meraih level ketenaran yang sama. Lalu? Happy ending kah? Enggak juga. Di album Venus on Edge, Hooded Fang membabat habis semua sisa-sisa pengaruh indie pop khas Torontopia mereka. Mereka malah memainkan lo-fi post-punk bernuansa distopia yang jauh dari tipikal sound Toronto sebagai kota musik metropolis. Suara gitar berdistorsi tajam memotong-motong tema privilige kulit putih di lagu "Shallow," isu komodifikasi di lagu "Dead Battery," kultur condo di "Glass Shadows," dan masih banyak lagi. Lagu pamungkas album yang terdengar seperti lonceng kematian penuh bunyi synthesizer, "A Final Hello," memberikan contoh bagaimana Hooded Fang yang hanya beranggotakan empat orang bisa menghasilkan sound yang besar, melodi gitar mengawang-awang, penuh distorsi dan bass yang berdentum keras. —Jill KrajewskiMixtape debut Fatimah Warner atas nama alias Noname sepertinya akan jadi yang terakhir. Ini sesungguhnya tidak mengejutkan. Album Warner yang berjudul Telefone menghabiskan tiga tahun sebelum akhirnya dirilis karena dia adalah seorang perfeksionis tingkat akut. Ketika dia diundang untuk mengisi verse lagu "Lost" dari album Acid Rap milik Chance the Rapper, jelas terlihat bahwa Warner lebih serius tentang seninya dibanding mendapatkan puji-pujian kritis dari para penulis. Untuk menekankan sisi kefanaannya, Telefone dimulai dengan sebuah manifesto singkat, dinyanyikan dengan gaya neo-soul ringan "And I know the money don't really make me whole/ The magazine covers drenched in gold." Bagi Warner, yang penting adalah "Hal-hal kecil yang saya butuhkan demi ketenangan jiwa." Fokus album Telefone tentang kematian bukanlah sekedar kiasan tentang mentoknya jiwa artistik seseorang, tapi fakta bahwa kaum kulit hitam di Amerika kerap harus menghadapi kematian; sesuatu yang kaum kulit putih tidak perlu khawatirkan. Warner mengajak sekelompok musisi jenius untuk mewujudkan visinya Raury, The Mind dan Xavier Omar. Di lagu penutup, "Shadow Man," para musisi mempersembahkan pidato kematian mereka masing-masing. Saba mengatakan "Bury me in satin, tell the pastors say the sad shit." Smino mengatakan "Tell em play Metro Boomin' at my funeral." Warner berpidato seakan-akan dia berbicara langsung dengan Tuhan sendiri "My funeral a Disney fable/ Cause the King about to take me home." —Alex Robert RossSuara Carlotta Cosial sangat seru hingga terkadang terdengar 'kesetanan'. Faktanya, anggota Hinds itu semuanya seperti setan di dalam kepala para pendengarnya. Mereka tidak hanya seolah-olah menyuruhmu untuk mematikan alarm jam di pagi hari, namun juga untuk terus menengguk alkohol dan ijin bolos sakit. Mereka menyuruhmu untuk melempar ponsel ke jalanan, beli sebotol tequila, terus mangkir kerja. Namun jangan salah, Leave Me Alone menyembunyikan kegelisahan para penulisnya di balik musik bernuansa pesta penuh anggur merah, tone gitar ala-ala Bay Area, dengan harmoni khas Phil Spector yang berbau nostalgia grup-grup perempuan tahun 60an. Di lagu "And I Will Send Your Flowers Back," sebuah lagu ballad yang manis, vokalis Ana Perrote menyanyikan kisah cinta yang hilang sebelum Cosials berbisik dan meraung di atas suaranya. Awalnya liriknya berbunyi "gap in my chest," diikuti dengan "search for your soul," sebelum diakhiri dengan, "What a fucked up mess." Di lagu "Easy," Perotte bersenandung, "You said it was gonna be easy/Now you're driving away […]Now I'm all on my own." Momen-momen seperti ini menekankan sisi sensitif Hinds yang merupakan elemen esensial sebuah band pop. —Alex Robert RossPatah hati merupakan topik kunci dari album penuh pertama Elise Davis, Token. Biarpun ini adalah topik yang umum dalam ranah musik country, jarang sekali ada penyanyi perempuan yang menyajikan kaumnya di luar konteks wanita pemarah yang merusak barang-barang milik mantan pacar/suaminya. Buktinya? Lagu "Gunpowder and Lead" milik Miranda Lambert, "Before He Cheats" karya Carrie Underwood, atau lagu Kelsea Ballerini dan Taylor Swift sebelum dia jadi popstar manapun menunjukkan bahwa perempuan hanya diperbolehkan marah atau jatuh cinta agar bisa diterima industri musik. Namun di album ini, Davis menulis lagu tentang rasanya jatuh cinta, kehilangan cinta, menginginkan seseorang, ingin diinginkan dan hal-hal kasual lainnya. Elise Davis bernyanyi tentang titik tinggi dan rendah sebuah hubungan dengan pendekatan yang reflektif dan progresif. Dia bernyanyi tentang keputusasaan yang ditimbulkan oleh putus hubungan dan nihilisme yang kerap datang ketika anda sedang merasa sangat kesepian. Namun di saat yang sama, lagu-lagu seperti "Penny" dan "The Token" merayakan kebebasan seorang wanita yang sedang tidak dalam sebuah hubungan. —Annalise DomenighiniSetiap tahun, hanya ada beberapa album yang bisa memaksa pendengarnya untuk mematikan keadaan sekeliling dan fokus di musik yang sedang didengarkan. Gitaris solo Daniel Bachman sudah beberapa kali merilis album sekaliber ini secara konsisten. Karyanya selalu bernuansa kaum primitif Amerika, dan mengingatkan kita akan karya Jack Rose, Robbie Basho dan John Fahey. Namun album self-titled milik penyanyi berumur 27 tahun asal Virginia ini terdengar lebih pelan dan bernuansa meditatif dibanding album-album sebelumnya. Drone akustik yang melatarbelakangi lagu "Brightleaf Blues I" dan lagu berdurasi 14 menit "Brightleaf Blues II" memberikan Bachman ruang untuk menentukan langkah selanjutnya di mana dia akan menggunakan slide gitar atau note mana yang akan dia liukan. Ada juga momen-momen seru di album ini ritme cerah bernuansa swing di lagu "Wine and Peanuts" dan "Watermelon Slices on a Blue Bordered Plate" yang menyajikan aksi slide gitar keluar masuk dengan beat yang konsisten. Di tengah rusuhnya tahun 2016, album Daniel Bachman adalah penyejuk yang sempurna. —Alex Robert RossKarir mereka mungkin tidak panjang, tapi berhasil mencapai lebih banyak sukses dalam waktu 20 bulan dibanding kebanyakan band lainnya sepanjang karir mereka. Band hardcore asal Olympia yang namanya merupakan singkatan dari Girls Living Outside Society's Shit ini melepas rilisan mereka pada Januari 2015. Album tersebut, dari segala sisi, merupakan koleksi lagu paling lantang yang pernah ditulis tentang kaum termarginalisasi tanpa suara di tengah kebencian dunia terhadap mereka. Namun gelar ini tidak lagi berlaku ketika EP mereka yang kedua dan terakhir, Trans Day of Revenge dirilis sehari setelah terjadinya penembakan massal di sebuah klub musik gay di Orlando—sebuah serangan yang menewaskan 49 orang dan melukai 53 korban. Bagi beberapa orang, album ini berfungsi sebagai pelampiasan ketika penderitaan dan keputusasaan seolah menjadi tema yang umum. berhasil menggulung isu politik dan emosional yang rumit menjadi badai musik penuh kemarahan, penolakan dan mereka sudah bubar, dan diskografi mereka tidak lebih dari 16 menit, tapi akan diingat sebagai salah satu band hardcore terpenting dekade ini. Trans Day of Revenge dirilis pada 12 Juni 2016. Dari tanggal itu hingga kini dan beberapa tahun ke depan, album ini akan selalu relevan. Salah satu lirik lagu mereka menjadi semacam pernyataan terakhir sebelum bubar yang sangat menggambarkan band ini "Trans day of revenge/Not as weak as we seem." —Emma GarlandTahun lalu, scene Black Metal mendadak banyak dibicarakan di level internasional. Pembicaraan tentang scene sangat dominan sampai-sampai menciptakan banyak banyak perselihan—online tentunya—di berbagai forum dan kolom komentar Facebook. Bukannya malah jeri, band black metal Islandia malah makin menggila, memantapkan dominasi mereka, dan terus menggelontorkan rilisan demi rilisan black metal yang dingin dan penuh amarah—biasanya lewat distro dan label kase Vanagard. Dua orang pria yang menggawangi Vanagard juga bermain di Nara serta berbagai projek lainnay seperti Martrö, Misþyrming, Carpe Noctem dll, yang mungkin jadi band black metal paling unik di Islandia. Dengan mengejutkan mereka merilis album panjang pertama mereka—setelah sebelumnya bocor di internet— Allir vegir til glötunar. Meski perilisan album ini diwarnai peristiwa yang tidak mengenakkan, album ini disambut dengan hangat oleh kritikus dan fan. Nara lebih straightforward dan melodik dari kawanannya yang lebih bengis. Mereka mewarisi kemegahan dan keganasan serta sentuhan folk band-band black metal 90an seperti Borknagar atau Windir. Bahkan, Nara membuatnya lebih nendang dengan sentuhan lo-fi dan DIY yang mereka pilih. Dari semua band black metal yang tumbuh subur seperti jamur di musim hujan, Nara jelas yang paling berhasil menangkap jiwa liar Islandia—dan seperti tampak dalam EP baru mereka, Form, mereka makin keren saja dari hari ke hari. — Kim KellySampai saat ini, masihkan mengejutkan bila kita lagi-lagi punya rapper muda berbakat yang lahir dari Savemoney Crew dari Chicago? Joey Purp—yang sudah kenyang berbagi bar dengan Chance the Rapper selama bertahun-tahun—akhirnya punya momennya tersendiri dengan IIIDrops yang meneruskan pencapaiannya di The Purple Tapes, debut Joey dirilis tahun 2012 lalu. Kadang, IIIDrops terasa album pesta yang teramat penting denga Joey yang ngerap gagah di atas beat soul yang kalem yang sepertinya dicolong langsung dari sesi sample album awal Kanye "Morning Sex," "Money & Bitches," "Cornerstone". Namun, di bagian lain, muatan lirik Joey menunjukkan pemahaman yang mendalam akan bagaimana dunia, atau lebih tepatnya kota asalnya, bekerja "Winner's Circle". Yang ajeg dalam album ini adalah karisma Joey yang begitu menyihir yang selalu terasa dalam abum ini, baik itu ketika ngerap bareng Chance the Rapper di atas beat mnimal "Girls " atau merenungkan eksistensinya dalam"When I'm Gone." Joey tak pernah memaksakan diri, dia hanya mengerjakan apa yang harus ia lakukan. Itu alasan kenapa album ini begitu berhasil. Joey cuma seorang bocah dari Chicago. Ia tak perlu membuktikan apapun. —Eric SundermannDi album Starboy, Abel Testafe atau The Weeknd mempersembahkan single-single kuat penuh hook "Starboy," "True Colors" dibalut dengan pesona yang sombong namun menarik. Biarpun mungkin tidak menggambarkan pribadi Abel yang sebenarnya, album ini menunjukkan hal-hal yang menginspirasi dirinya—dan semuanya enak didengar. Lagu "Secrets" menggabungkan interpolasi dari lagu "Talking in Your Sleep" karya Romantics dengan sampel dari "Pale Shelter" karya Tears for Fears. "Die For You" merupakan bentuk tribut terhadap Prince sambil menjiplak "Feelin' On Yo Booty" karya R. Kelly dengan penyampaian yang jauh lebih jujur dan murni. Berisikan 18 track, Starboy memang bukan album yang mudah dicerna begitu saja, namun Abel jelas berhasil bersenang-senang dan keluar dari pakem jumlah lagu album-album sebelumnya. Kali ini dia berhasil menyajikan album yang menunjukkan semua influence musiknya secara lengkap. —Jabbari WeekesTerserah jika anda mengenal mereka dengan nama Minneapolis Uranium Club Band, atau sekadar Uranium Club, yang jelas sekelompok anak muda ini menggabungkan sound Wire, Dow Jones and the Industrial dan tentu saja DEVO, tanpa melewatkan sedikitpun kesempatan untuk bersenang-senang. Ini adalah suara dari masa depan jika ada hidup di tahun 1975 di basement Saint Paul bersama Fran Tarkenton lengkap dengan poster Viking di dinding dan kaleng bir kosong berserakan di lantai. Lagu"Who Made the Man?" yang penuh hiruk pikuk adalah padanan dalam bentuk musik dari gerakan dansa sebuah robot yang kaku. Dalam tempo lima menit, lagu ini berubah dari garage rock garang menjadi agitasi post punk. Barangkali, album ini harusnya disertai bonus tablet anti stress. Dengan lirik-lirik ambigu lagi menganggu, musikalitas tingkat tinggi dan selera humor absurd, mereka berada dalam satu level dengan Coneheads dari Indiana. Sebuah band punk yang sangat menarik! —Tim ScottAgak sulit untuk mendengarkan Nick Cave & the Bad Seeds tanpa teringat akan Leonard Cohen. Mulai dari suara baritone Cave hingga topik lagu yang berkisar seputar cinta, kepercayaan, dan kematian. Namun Skeleton Tree, album Bad Seeds pertama semenjak kematian tragis Arthur, anak Cave yang berumur 15 tahun kala itu bukanlah sekedar kelanjutan dari warisan Cohen. Album ini merupakan bentuk pengorbanan diri membalik proses pencarian jati diri eksistensial yang kerap menjadi tema lagu-lagu Cave dan Cohen. "You believe in God, but you get no special dispensation for this belief now," nyanyi Cave di lagu pembuka album berjudul "Jesus Alone." Ini adalah bentuk paradoks yang kerap memenuhi album ini. Selagi Cave berjuang dengan kebosanan hidupnya pasca kematian anaknya, album ini menampilkan lirik-lirik Cave yang paling lugas sebagai penyair—dan di lagu seperti "Girl in Amber," penampilan vokalnya yang paling 'tua' dan jujur—tanpa nuansa romantisme khas dirinya dan justru menunjukkan sesuatu yang lebih vital betapa rapuhnya dan pentingnya kehidupan manusia. Ini adalah album yang sulit untuk didengarkan karena beratnya emosi yang terkandung. Namun, Warren Ellis dan anggota band lainnya berhasil menemani kepedihan Cave lewat nuansa musik yang elegan, membuat album ini terdengar seperti soundtrack untuk kenistapaan yang sedang lalu lalang. "When you're feeling like a lover/Nothing really matter anymore," nyanyi Cave di lagu "I Need You." Seperti banyak lagu-lagu lainnya di album ini, kalimat ini terdengar spesifik namun juga ambigu dengan sentimen yang tidak asing. Cave mendorong kita untuk melihat diri kita sendiri. Melalui album Skeleton Tree, penyanyi berusia 59 tahun ini menawarkan secercah kebijakan yang kerap dilontarkan oleh pengaruh musik terbesarnya Dengan menyerahkan diri terhadap paradoks dan kegagalan kita dalam hidup, kita akan menemukan rasa syukur yang hakiki. —Andrea DomanickStorm of Sedition lahir di Kota Victoria yang menaungi band-band black metal/crust seperti Iskra, Not A Cost, dan Black Kronstadt, yakni band-band lain tak malu menunjukkan preferensi politiknya. Seperti yang tertera dalam tujuan pendirian band ini, Storm of Sedition dengan gamblang mengatakan bahwa mereka menganut pandangan enviromantalis dan anti-politik yang melampui perlawanan terhadap kapitalisme dan ekploitasi pekerja untuk memerangi efek buruk peradaban manusia itu sendiri. Mungkin album ini bakal susah ditelan bila anda terbiasa mendengarkan black metal/crust yang lebih "ramah". Namun, asal anda tahu, Storm of Sedition juga berhasil di sisi itu. Lagu-lagu macam "Mechanism of Defense" dan "Death Culture" menunjukkan kelihaian band ini mengoplos crust yang epik dengan ledakan black metal lo-fi, beat punk staccato, riff paranoid dan death metal yang meledak-ledak. Semantara, track seperti "Natural Chaos" memanfaatkan dengan sangat baik melodi megah dan tempo yang lebih tenang. Duo vokal Storm of Sedition membuat dinamika dalam musik mereka makin keren. Hasil akhir semua ini adalah atmosfir kiamat yang begitu pekat. Putar album ini dan bersiaplah melihat bumi porak poranda. — Kim KellyKetika kumpulan demo sisa dari album rap paling ternama akhir-akhir ini ternyata tidak jauh kualitasnya dari album tersebut, berarti memang ada sesuatu yang spesial. Untitled unmastered merupakan koleksi delapan lagu lepasan jazzy dan funky milik Kendrick Lamar yang tidak jauh berbeda dari karya-karyanya kebanyakan; menceritakan upaya Lamar yang menjelajahi alam semesta dan mencari makna dari eksistensinya. Terkadang dia ngerap tentang efek teraupeutik dari oral seks dan di kesempatan lainnya, dia menggambarkan kota kelahirannya sebagai kota hancur yang butuh diselamatkan. Di tengah upayanya mencari persamaan antara Tuhan dan dunia sekular, K Dot—nama panggung Kendrick Lamar—masih sempat ngediss Jay Electronica dan Aubrey Graham. Respect. —Lawrence BurneyVokalis, pemimpin dan gitaris band Pity Sex, Britty Drake mengumumkan rencana mundurnya dari band alt-emo punk asal Michigan ini bulan Agustus lalu, hanya beberapa bulan setelah album kedua mereka White Hot Moon dirilis. Salah satu kelebihan Pity Sex adalah kontras dari suara lelaki Brennan Greaves dan suara perempuan baik dari segi bunyi maupun sudut pandang mereka dalam lagu. Di album debut mereka, Feast of Love, vokal Drake berhasil menyeruak di antara distorsi fuzz gitar dan lirik bertemakan putus cinta dan keputusasaan. Dia merupakan inti dari ceritanya. Namun di album White Hot Moon, vokal Drake terasa lebih membangkang, contohnya di lagu "Burden You." Vokalnya yang kini terdengar lebih serius, beserta riff-riff gitar yang lebih galak memang terasa lebih lantang, namun juga apatetis. White Hot Moon masih membawa sisa-sisa Feast of Love yang kerap memadukan tema-tema emosional dengan riff gitar meledak-ledak. Tidak jelas apa masa depan band ini pasca kepergian Drake. Namun sebelum pergi, Drake sudah meninggalkan warisan yang manis dan lantang bersama Pity Sex. —Sarah MacDonaldDesa-desa kecil penghasil tambang di Inggris jarang mendapatkan pujian yang pantas biarpun kerap menghasilkan musisi-musisi terbaik negeri tersebut. Seorang anarkis sentimentil bernama Martha yang berasal dari sebuah kota kecil di Durham bernama "Pity Me" beneran menyanyikan pengalamannya sebagai seorang kelas pekerja yang kerap diabaikan oleh politik-politik kota besar seperti London. Entah itu jatuh cinta dengan seseorang di supermarket setelah menyaksikan mereka "dimarahi" supervisor, mabuk setelah minum "anggur murah," atau hal-hal sepele seperti memanggil ibu "mam" dan bukan "mum," lagu-lagu pop penuh singalong Martha yang bernuansa punk terdengar ceria atau juga menusuk hati—tergantung elo baru putus ato enggak. Biarpun mungkin terasa politis karena ditulis oleh kumpulan kaum anarkis vegan yang queer, sebetulnya ini kebetulan saja. Martha hanya ingin berjoget dan bernyanyi tentang putus cinta sambil minum bir murah. —Emma GarlandGampangnya, Dirty Nil adalah band rock. Sesederhana itu. Band macam The Dirty Nil jarang dijumpai akhir-akhir ini ketika semua orang segera mengkotakkan sebuah band dalam tag nama genre yang teramat sangat spesifik—emo, shoegaze, atau turunan indie rock yang sedang ramai dibicarakan. Intinya The Dirty Nil adalah band rock multifungsi yang tak lekang dimakan waktu—tak terlalu banyak gaya, tak berusaha sok-sok revolusioner, cuma sebuah band rock yang berisik. Selama tujuh tahun eksistensinya, The Dirty Nil berhasil mempertahankan keberadaannya dengan merilis beberapa single dan EP sebelum akhirnya mereka tahun ini menelurkan album penuh yang ditunggu-tunggu, Higher Power. Album ini memamer kecintaan trio Kanada itu akan gitar, distorsi dan amplifier—terutama yang knob volumenya disetel mentok. Higher Power merayakan masa-masa kejayaaan rock 'n' roll history tanpa harus terdengar ketinggalan jaman. The Dirty Nil adalah band rock, tepatnya band rock yang bagus. titik. —Dan OzziVince Staples adalah seniman masa depan. MC super pintar ini kerap menjadi topik pembicaraan karena dia hobi mengutarakan kemunafikan yang terjadi di tengah generasi yang terlalu sibuk menatap layar smartphone. Baru berumur 23 tahun, dia kerap disebut sebagai seorang nabi. EP barunya Prima Donna, yang panjangnya hanya seperempat album debutnya, Summertime '06—dirilis pada 2015—merupakan bukti karunia tersebut. Skill teknisnya sebagai seorang rapper sudah tidak tertandingi olah teman-teman satu generasinya. Lagu-lagu seperti "War Ready" dan "Prima Donna" menunjukkan bahwa mulutnya bisa beroperasi sama cepat dengan otaknya. Dia juga tidak takut untuk bercanda seputar topik serius seperti rasisme tersistem di Amerika Serikat. Tahun lalu, Vince juga masuk daftar terbaik kami. Dan sepertinya dia akan terus dibicarakan dalam waktu yang lama. —Eric SundermannAlbum Jessy Lanza adalah sebuah surga electropop. Sementara, Oh No cinta pertama terhadap arpeggiator, sebuah semesta tersendiri yang penuh dengan energi new wave lengkap dengan tepukan tangan yang membius, ketukan drum mesin dan laburan synthesizer yang mengingatkan kita pada band elektronik legendaris Jepang Yellow Magic Orchestra, sumber inspirasi Lanza ketika membuat album ini. Oh No bisa dengan nyaman masuk dalam gelombang kebangkitan new wave yang terjadi belakangan. Lebih dari itu, daripada sekadar jadi album band retro pop yang dibentuk setelah menghabiskan satu season Stranger, Lanza menyerap semua yang keren di dekade 80a dan menggabungkannya dalam electropop dengan gayanya tersendiri. Oh No berusaha menghadirkan synesthesia dan berbagai warna pink neon, biru dan kuning seperti yang dalam video klip singlenya, Oh No. Album ini membawa kenangan tentang kekuatan perempuan, cinta, dan permainan yang dulu kita gilai. Ketika bernyanyi "When you look into my eyes, boy / then it means I love you," anda pasti percaya dan tak tahan untuk tidak mencintainya Lanza. —Jill KrajewskiCharli XCX memang penuh misteri. Dia muncul dimana-mana—dari lagu "I Love It" milik Icona Pop, sebagai karakter Tai Fraiser di lagu "Fancy" milik Iggy Azalea, dan mengambil bagian di lagu "Drop That Kitty" milik Ty Dolla $ign—tanpa benar-benar memiliki identitas sendiri. Ketika bekerja sama dengan SOPHIE, Vroom Vroom EP terbentuk dan dia diberikan acaranya sendiri di Beats 1 berjudul The Candy Shop. Acara ini merupakan pojok terbaik di internet untuk menemukan Britney Spears, PC music, dan lagu "Baby" Justin Bieber yang diputar berulang-ulang. Dia juga kemudian berkolaborasi dengan Lil Yachty dan menghasilkan sebuah lagu. Jadi bisa dibilang tahun 2016 adalah tahun "kebangkitan" Charli XCX. EP ini sendiri terdengar seperti campuran musik tekno populer yang dibalut suara perkakas jatuh dari tangga. Musiknya lebih biadab dari komen-komen dan sangat lancang. Intinya, rilisan ini menghadirkan semua yang elo harapkan dari kolaborasi dari ratu pop mainstream modern dengan seorang produser yang terkenal menghasilkan musik yang terdengar seperti sarung tangan lateks sedang meremas-remas sebuah balon. —Emma GarlandSeperti yang kami pernah bilang, Mare Cognitum selalu berada selangkah lebih depan dari semua band black metal di kancah dunia. Modalnya "cuma" kepiawaian Jacob Buczarksi mengimbuhi kord-kord dalam album Mare Cognitum dengan kemegahan kosmik. Melalui album terbaru Luminiferous Aether, Jacob berhasil mempertajam keindahan sekaligus ketidakpastian di lagu-lagu mereka, menghasilkan sebuah album sound-nya yang begitu luas—maaf ini mungkin terdengar klise—seluas angkasa. Kemegahan album ini hanya bisa ditandingi oleh sedikit album extreme metal di luar sana. Alih-alih menjadi dongeng tentang pemujaan setan, Luminiferous Aether lebih dekat dengan cerita fiksi sains. Dua tahun setelah EP terakhir mereka, semua yang khas tentang Mare Cognitum tak hilang—nuansa sinematik, vokal black metal yang jauh terpendam, melodi rancak dan tentu saja riff-riff yang gesit—dan otak di balik band ini makin progresif saja, mengacuhkan semua batasan-batasan black metal kolot. Progesivitas ini tetap kentara bahkan ketika Jacob memainkan suatu yang paling klise dalam black metal tremollo picking dan tangga nada kromatik dengan kecermatan yang dimiliki para ilmuan. Ini adalah album black metal yang dimainkan di langit malam yang pekat sambil memandangi langit. Sebuah album cosmic black metal untuk masa-masa tak menentu seperti sekarang.— Kim KellyAlbum Paradise mengejutkan banyak fans White Lung. Mereka bukan lagi band punk penuh amarah yang dulu merilis album Deep Fantasy pada 2014. Kali ini, band punk ini bereksperimen dengan berbagai trik-trik baru bercerita dari sudut pandang orang ketiga, sound yang lebih nge-pop, dan vokalis Mish Barber-Way yang benar-benar bernyanyi, tidak lagi berteriak-teriak penuh amarah seperti dulu. Biarpun DNA inti dari While Lung masih terasa di Paradise, album ini berisi banyak eksplorasi menyenangkan. Untuk sebuah band yang berambisi masuk ke wilayah baru, mereka berhasil membuat sebuah album yang kohesif dan penuh rasa percaya diri. Susah menebak arah White Lung selanjutnya, namun sepertinya mereka tidak punya masalah dengan eksperimen jenis apapun. —Dan OzziKetika band melakukan reuni, mereka berjudi dengan warisan musik mereka. Satu album comeback yang gagal bisa merusak diskografi band hebat. Untungnya Planes Mistaken for Stars nekat berjudi, lalu mengeluarkan album Prey karena mereka tidak takut kehilangan apa-apa lagi. Semasa aktif dari kurun 1997 hingga 2008, band ini selalu kesulitan menemukan audiens. Mereka tidak cukup "heavy" untuk disukai pendengar musik hardcore, sekaligus dan tidak cukup "keren" untuk mendapatkan pujian dari kaum hipster dan penulis. Intinya band ini outsider bahkan di kalangan outsider. Mereka merupakan kumpulan laki-laki penuh keringat yang dengan gagah datang ke venue, memainkan musik mereka bagi yang mau mendengar, dan setelah itu minum whiskey berbotol-botol. Jadi jelas Prey bukanlah sebuah album yang ditunggu-tunggu. Namun bagi mereka yang mengerti gaya rock kotor Planes dan menunggu-nunggu kebangkitan mereka, Prey adalah sebuah berkah. Album ini masih mencerminkan identitas Planes yang sesungguhnya, berisi lirik tentang pengalaman berkelahi dan ngewe. Masih liar. Mungkin akhirnya orang-orang akan menaruh perhatian ke mereka kali ini. —Dan OzziSongs For Our Mothers adalah sebuah album yang brilian. Di satu sisi, album ini mengajak pendengarnya "berjoget dengan beat penuh kebencian." Di sisi lainnya, menurut pengakuan frontman Lias Saudi, album ini adalah kumpulan karya para penggemar fanatik sejarah. Album ini berisikan tema-tema seputar Ike dan Tina Turner, Harold Shipman, persahabatan yang retak, dan menit-menit akhir rezim Nazi Jerman. Namun secara musik, album ini menampilkan musik lo-fi disko yang seksual—jenis musik yang mungkin biasa ditemukan di pinggiran kota Berlin. Songs For Our Mothers terasa seperti menguliti bawang busuk, dengan ide yang berlapis-lapis yang menginterpretasi ulang dan mengembangkan ide album debut mereka, Champagne Holocaust—seperti karya seni baik lainnya. Album ini merupakan sebuah karya seni yang 'tidak menyenangkan' yang tiba tepat pada tahun 2016 yang penuh kesedihan dan kegalauan.—Ryan BassilSebetulnya, Views itu cukup lumayan. Gue serius album kelima Drake mungkin diejek sama sebagian orang karena dianggap murahan dan mengakat tema-tema yang udah basi, tapi coba amati lebih jeli… eh, jangan ding. Kalau album-album Drake sebelumnya menyiratkan kedalaman emosi dan ketelitian tingkat dewa yang eksplosif, Views hanya berenang-renang di permukaan saja—bagaikan sebuah danau besar dengan air jernih di hari yang pengap. Album yang muncul dalam esensinya sendiri, engga peduli kita pikirin apa di album Views karena rapnya kurang beragam—beberapa baitnya, akui saja deh, terjelek di karir Drake semenjak "Last name ever, first name greatest," menyiratkan bahwa dia jauh lebih mending pas masih gandengan sama Quentin Miller—dia tambal dengan upaya untuk jadi bintang pop abal-abal terglobal sejak Bieber pindah halauan ke trop-house. New-wave versi abal-abal yaitu "Feel No Ways," nada-nada konyl di "Controlla," lagu funky ala Britania Raya "One Dance" dan anthem stadium olimpik macam "Too Good" dan "With You" semuanya berada di level sonic, yang menyiratkan sang seniman sedang oke-okenya. Tapi patut dipertanyakan apakah Drake mengenal dirinya sebaik yang dia katakan—yang jelas dia paham betul cara bikin pendengar senang, dan kalau cuma itu yang bisa kita minta darinya saat ini, ya lebih baik terima saja. —Larry FitzmauriceJika kita bicara comeback musisi terbaik yang terjadi tahun ini, album terbaru Gucci Mane bisa menjadi rival musisi manapun tahun ini. Sepanjang paruh pertama tahun ini, dia masih mendekam di penjara. Meski demikian, dia berhasil mencapai titik tertinggi ketenarannya sebagai seorang musisi pop dan mendapat pengakuan dari punggawa rap generasi baru silakan dengarkan "Black Beatles" milik Rae Sremmurd. Hanya dalam dua, setelah keluar dari penjara, Gucci Mane langsung menelurkan Everybody Looking, sebuah album yang sangat gokil. Dalam album ini, vokal Gucci Mane terdengar lebih halus, tak lagi bergetar seperti dulu, ini semua terjadi karena Gucci Mane memilih hidup tanpa kecanduan substansi. "Out Do Ya" adalah track yang paling bisa menunjukkan kemampuan baru Gucci Mane—liriknya tentang perjuangan melewati segala kesulitan hidup, dihiasi tiupan flute Zaytoven dan drum yang menderu-deru. Gucci Mane juga berbagi lirik dengan Kanye West di atas beat besutan Mike Will-Made-It "Pussy Print", meminta Drake menyanyikan sebuah hook "Back on Road" dan "menculik" salah satu junior kesayangannya, Young Thug, untuk bernyanyi dalam "Guwop Home." Dalam track "all my children", dia seperti meminta kita kembali mengingat-ngingat bahwa lanskap rap saat ini tak sama tanpa kehadirannya. Dan untuk yang satu itu , kita bisa bilang bahwa Gucci Mane dengan Everybody Looking pantas diberi pujian—Lawrence BurneyKetika Angel Olsen merilis trailer video musik "Intern"—single pertama dari album ketiganya My Woman—sepertinya ada yang janggal. Di video tersebut, Olsen terlihat berdiri sendirian di sebuah ruangan gelap gulita sambil mengenakan wig warna perak dan sebuah headset, selagi bunyi synthesizer berdenyut keras mengiringi video tersebut. Hype yang mengelilingi album sebelumnya, Burn Your Fire For No Witness—dirilis 2014—memang masih terasa ketika album barunya My Woman hendak diluncurkan. Album keduanya ini merupakan sebuah folk-rock minimalis yang penuh lirik-lirik menyayat. Belajar dari tema patah hati dan kekecewaan dari album Burn Your Fire For Witness, album ini menyajikan beberapa perubahan instrumen—bukti evolusi musikalitas Olsen. Album ini menunjukkan musikalitas Olsen yang luas. Provokasi yang gamblang disajikan beberapa lagu awal di album ini "Shut Up Kiss Me," "Not Gonna Kill You", dan "Give It Up." Olsen juga tidak lupa menampilkan lagu-lagu khasnya yang moody dan berdurasi panjang seperti "Woman" dan "Sister." Dalam lagu "Sister", Olsen berkali-kali mengulang penggalan lirik "all my life I thought I'd change." Biarpun terdengar penuh sesal dan sedih, lagu ini tetap terasa optimis, perasaan yang ditampilkan Olsen sepanjang album My Woman. —Sarah MacDonaldBersambung ke bagian 2.
10lagu barat terbaru 2016 kumpulan foto 4shared lagu terbaru 4shared midi dangdut. mungkin bisa dikarenakan oleh lagunya yang berbahasa inggris sehingga bisa sekalian untuk belajar bahasa inggris atau lagu barat musiknya lebih variatif seperti pop, rock, blues, rnb, hip hop, rap, metal, country, posthardcore, techno, world, metalcore, dll
Jakarta Setiap tahunnya, lebih dari jutaan lagu dirilis di seluruh dunia. Dilansir igroove, Minggu 6/11/2022, di Spotify setidaknya lebih dari lagu diunggah ke layanan streaming musik tersebut setiap hari. Itu artinya, hampir ada 22 juta lagu per tahun. Setiap lagu memiliki karakterisitiknya sendiri, yang bahkan bisa mengungkapkan kepribadian dari pendengarnya. Seringkali orang-orang tertarik melihat pilihan lagu dan musik orang lain. Official Charts pada 3 November waktu setempat, baru saja merilis daftar lagu apa saja yang paling sering didengarkan oleh orang-orang di United Kingdom atau Inggris Raya, mulai dari tahun 1952 sampai 2022. Hal itu dilakukan sebagai bentuk perayaan 70 tahun Official Singles Chart Inggris. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, Official Charts Company bekerja sama dengan BBC Radio 1, BBC Radio 2, dan BBC Sounds untuk mengungkapkan lagu-lagu yang paling banyak diputar setiap tahun dari tahun 1952 sampai 2022. Di tahun 2022 sendiri, lagu favorit orang-orang Inggris Raya jatuh kepada As It Was oleh Harry Styles. As It Was merupakan lagu dari album ketiga mantan personil boyband One Direction tersebut, yakni Harry's House yang dirilis pada 20 Mei 2022 lalu. Selama berjam-jam setelah perilisannya, lagu berdurasi sekitar 2 menit dan 47 detik itu memang menjadi trending topic di Twitter seluruh dunia, termasuk Indonesia. Untuk musik videonya di YouTube, sampai saat ini sudah ditonton sebanyak 353 juta kali. Selain As It Was, berikut daftar lagu favorit di UK selama 10 tahun terakhir Terbaru! Ini Daftar Top 10 Lagu Taylor Swift Versi Rolling Stone Cosplay jadi Cacing, Intip 12 Kostum Halloween Heidi Klum yang Niat Banget 5 Momen Terbaik House of the Dragon Musim Pertama Berita video sportbites kali ini akan membahas tentang 5 lagu sepakbola paling populer di dunias, salah satunya lagu milik Shakira.
Lagulagu tersebut menjadi hits internasional sepanjang tahun 2016. Sejumlah penyanyi atau band seperti Beyonce, Radiohead, David Bowie, Coldplay, Twenty One Pilots dan Drake mampu menjadi headline sepanjang tahun lewat karya karya mereka yang populer. Kita nantikan lagu lagu terbaik di tahun 2017.
Sejak lama Bahasa Inggris memang mendominasi dunia. Tiap orang yang akan berkiprah dalam skala internasional dianjurkan untuk bisa berbahasa Inggris. Hal ini sangat kentara di industri hiburan. Musisi atau aktor dari negara berbahasa asing pun diwajibkan merilis lagu berbahasa Inggris untuk melancarkan karier Inggris dalam pergaulan internasional memang krusial, tetapi bukan berarti bahasa lain tak berhak dihargai. Beruntungnya, di era sekarang orang mulai menghargai keragaman bahasa di dunia. Banyak musisi dan aktor yang naik daun tanpa harus mahir berbahasa talenta, kemauan belajar, attitude yang baik, serta konsistensi, semua orang punya kesempatan untuk meroket. Seperti belasan musisi berikut ini misalnya. Siapa sajakah mereka? 1. Shakira bicara lagu berbahasa Spanyol, nama Shakira pasti langsung terbersit di benakmu. Penyanyi asal Kolombia ini memang sangat fenomenal. Dengan warna suaranya yang khas dan musiknya yang menggelora, Shakira menjadi representasi penyanyi berbahasa Spanyol yang berhasil menembus batas bahasa dan dikenal luas di seluruh J Balvin berkesempatan pindah ke Amerika Serikat saat remaja, J Balvin memilih untuk kembali ke kampung halamannya yang sederhana di Medellin, Kolombia, dan debut menjadi penyanyi klub di tahun 2004, upayanya mendulang popularitas dari bawah menuai hasil. Lagu-lagunya masuk di tangga lagu Billboard untuk kategori Latin yang sekaligus mengantarnya mendapatkan nominasi Grammy. Tentunya prestasi ini membuka mata banyak fans internasional yang kurang familiar dengan Bahasa Spanyol. Kesuksesan J Balvin sampai menginspirasi salah seorang produser membuatkan film dokumenter untuknya berjudul The Boy From Bad Bunny berhenti di Shakira dan J Balvin, penyanyi berbahasa Spanyol Bad Bunny juga menuai sukses beberapa tahun belakangan. Bad Bunny mengusung genre reggaeton dan berasal dari Puerto Rico. Ia mulai dikenal karena iseng mengunggah musiknya di Soundcloud. Saat dihubungi oleh label rekaman, saat itu Bad Bunny masih berstatus sebagai mahasiswa. Debut di tahun 2016, namanya mulai melambung di tahun 2020 saat merilis lagu kolaborasi dengan DRAKE. Kesuksesannya itu lantas disusul dengan album YHLQMDLG yang mengantarkannya meraih Grammy pertama kali untuk kategori Album Latin Pop Terbaik. 4. BoA Bahasa Spanyol, Bahasa Korea juga mulai dapat tempat khusus di hati penggemar musik internasional. Batas bahasa tak menghalangi orang di seluruh dunia untuk menikmati musik KPop. Salah satu pelopornya adalah penyanyi BoA yang debut di awal tahun 2000-an. BoA masuk dalam daftar musisi Korea pertama yang berhasil menembus pasar internasional yang diawali dengan pasar Jepang, Tiongkok, dan Taiwan. Di tahun 2008, BoA melebarkan sayapnya ke Amerika Serikat dan Asia lewat label rekaman SM Town yang menjadi tempatnya bernaung hingga kini. Tak hanya jadi musisi, BoA pun menjadi simbol kerja sama budaya dan ekonomi Korea Selatan dengan negara-negara lain mengingat ia adalah artis pertama yang mendorong dibukanya jalur ekspor-impor musik antar negara-negara di Asia Timur. Salut! 5. BTS BoA yang pertama, BTS bisa dibilang yang tersukses. Boy group asal Korea Selatan ini berhasil menembus pasar internasional bahkan mencakup negara-negara berbahasa Inggris yang selama ini kurang menggemari KPop. Kekuatan BTS tidak hanya bertumpu pada karisma membernya, tetapi juga lagu-lagu yang tak cuma berkutat pada cerita cinta belaka. Mereka mengampanyekan nilai-nilai penerimaan diri sendiri, kesehatan mental, dan banyak menyinggung isu-isu sosial terobosan yang cemerlang itu, tak heran BTS dapat gelar sebagai salah satu musisi paling berpengaruh di dunia berdasarkan majalah Times sekaligus beberapa kali bekerja sama dengan PBB untuk program-program BLACKPINK halnya dengan BLACKPINK yang berhasil menarik perhatian dunia karena lagu-lagu mereka yang berkualitas dan bombastis. BLACKPINK debut di tahun 2016 dan hampir semua single mereka selalu jadi yang terbanyak ditonton di group tersebut berhasil menembus tangga lagu Inggris lewat lagu 'Ddu-Du Ddu-Du' di tahun 2018 dan akhirnya Billboard 100 di tahun 2020 lewat lagu 'Ice Cream' buah kolaborasi mereka dengan Selena dengan Selena Gomez, BLACKPINK juga pernah berkolaborasi dengan Dua Lipa dan Lady Gaga. Album mereka yang berjudul The Album berhasil terjual lebih dari satu juta kopi serta didapuk menjadi girl group Korea pertama yang tampil di festival musik bergengsi macam Sigur Rós Amerika Latin dan Korea, mari bergeser ke Eropa. Mari berkenalan dengan Sigur Rós, band asal Islandia yang menyanyikan lagu-lagu dalam bahasa asli mereka tetapi berhasil meraih perhatian publik internasional. Mereka terbentuk di tahun 1994 dan masih aktif hingga kini. Band bergenre post-rock ini memasukkan unsur alam dan musik tradisional Islandia ke dalam lagu-lagu mereka. Unik dan sederhana tetapi begitu menawan. Tak heran kalau mereka dikenal luas di luar Islandia meski sangat jarang merilis lagu berbahasa Inggris. Lagu mereka pernah dipasang di sebuah segmen olahraga BBC, jadi musik latar di film 127 Hours, dan jadi soundtrack miniseri HBO 24/7 – Andrea Bocelli lain yang musisinya sukses secara internasional tanpa harus menyanyikan lagu Bahasa Inggris adalah Italia. Salah satu pelopornya siapa lagi kalau bukan penyanyi klasik bersuara tenor, Andrea Bocelli. Bocelli mendulang popularitas di tahun 90-an lewat suaranya yang lembut, tetapi kuat di saat yang bersamaan. Ia menjadi salah satu penyanyi pertama yang berhasil mempopulerkan musik klasik di dunia. 9. Mahmood ranah musik kontemporer Italia seakan tak kehabisan musisi berbakat. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Mahmood. Ia dikenal luas di luar Italia setelah menjadi finalis ajang Eurovision di tahun 2019 lalu. Mengusung genre hiphop, Mahmood terinspirasi memasukkan unsur Timur Tengah dalam musiknya. Tak heran jika karyanya terdengar berbeda dengan musik hiphop atau Latin trap pada umumnya. Selain musik yang keren, Mahmood juga punya kemampuan menulis lirik yang indah dan relatable. Tak hanya perkara cinta, ia banyak mengangkat isu-isu sosial dari pengalamannya sebagai anak imigran yang tinggal di pinggiran kota-kota besar dan mewah Italia. Belum pernah merilis lagu berbahasa Inggris, Mahmood sudah punya fanbase yang cukup besar di luar Italia. 10. Måneskin kesuksesan Mahmood, band rock pendatang baru, Måneskin, sebenarnya sudah debut di tahun 2017. Mereka akhirnya meraih popularitas di luar Italia setelah berhasil menjuarai ajang Eurovision 2021. Tak seperti kebanyakan finalis lain yang memilih single berbahasa Inggris, Måneskin memilih lagu berbahasa Italia, 'Zitti e Buoni' untuk diadukan di kompetisi tersebut. Popularitas Måneskin melonjak tajam setelah lagu cover 'Beggin' berhasil trending di media sosial. Melihat pola tersebut, Måneskin tampak makin sering merilis single berbahasa Inggris untuk meraih lebih banyak penggemar Utada Hikaru Hikaru menjadi salah satu penyanyi Jepang yang sukses secara internasional. Pernah besar dan tinggal di Amerika Serikat karena pekerjaan orang tuanya, ia pun sebenarnya mahir berbahasa Inggris. Namun, untuk kariernya sebagai musisi, ia memilih untuk tetap menyanyikan lagu dalam Bahasa Jepang dan menyasar pasar musik R&B Jepang yang saat itu tidak begitu ketat menjadi ikon musik kontemporer Jepang karena suaranya yang unik disertai lirik-lirik yang keren. Warna musik yang ia usung sendiri bagaikan angin segar di tengah industri musik Asia. Lega banget gak, sih, melihat keberagaman musik makin dihargai dewasa ini? Berikut ini giliran musik-musik berbahasa Indonesia, ya, yang harus kian dikenal penggemar musik Internasional. Baca Juga 10 Musik Latar Animasi SpongeBob SquarePants, Ikonik Banget! IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
terjemahanlagu jessi j yang sedang populer 2016 - IBI ( IlmuBahasaInggris.Com ) Tag: terjemahan lagu jessi j yang sedang populer 2016 Lirik Lagu Jessi J "Domino" Dan "Flashlight" Beserta Artinya Dalam Bahasa Indonesia Oleh icha english Diposting pada Juni 12, 2022
. 0zx68ta3ky.pages.dev/980zx68ta3ky.pages.dev/7910zx68ta3ky.pages.dev/3860zx68ta3ky.pages.dev/60zx68ta3ky.pages.dev/3130zx68ta3ky.pages.dev/6700zx68ta3ky.pages.dev/2870zx68ta3ky.pages.dev/6140zx68ta3ky.pages.dev/160zx68ta3ky.pages.dev/1960zx68ta3ky.pages.dev/860zx68ta3ky.pages.dev/1930zx68ta3ky.pages.dev/5050zx68ta3ky.pages.dev/4090zx68ta3ky.pages.dev/907
lagu inggris populer 2016